BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas dalam pengembangan
budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan.
Dengan kata lain pengelolaan kelas
merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran, seperti
lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif
membutuhkan kondisi kelas yang kondusif.
Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar
yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi
belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak
didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif
Oleh karena itu guru perlu menata
dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian rupa sehingga
menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara maksimal
dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian pemakalah akan mencoba membahas tentang
1.Bagaimana Mengelola Pengaturan Kondisi Kelas Dan
Iklim Belajar ?
2.Apakah Kondisi Yang Mempengaruhi
Penciptaan Iklim yang Kondusif ?
3.Apa yang di maksud dengan Kondisi Sosio-Emosional?
4. Apakah pengertian Indikator kelas yang menyenangkan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar
Pengaturan lingkungan belajar sangat
diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan
emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk
melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat
memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa
setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Ø Pengelolaan
kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai berikut;
1)
penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2)
penataan ruang belajar
sebagai sentra belajar
3)
penciptaan atmosfir
belajar yang kondusif
4)
penetapan strategi pembelajaran dan
5)
pemanfaatan media dan sumber belajar
6)
penilaian hasil belajar.
Ø Untuk
lebih jelasnya, dijelaskan dalam uraian berikut.
1) Lingkungan
Fisik Kelas
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar
yang didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenagkan
dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti:
pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya
siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di
iringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan
atau nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa. Design ruang kelas
yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa
keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan ruang kelas yang
baik, para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan
menghargai pendapat masing-masing. Di samping itu, dengan ruang kelas yang
tertata dengan baik, guru akan leluasa memberikan perhatian yang maksimal
terhadap setiap aktivitas siswa. Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari
iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk
itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya, selama
proses pembelajaran. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan
antar siswa. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu
· Visibility(KeleluasaanPandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
· Accesibility (mudah dicapai)
Penataan
ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang
yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk
harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah
dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
· Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang
di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika
proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
· Kenyamanan
Kenyamanan
disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
· Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan
dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan
memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah
laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu
diperhatikan menurut Conny Semawan,dkk. (udhiezx.wordpress: 3) yaitu:
§ Ukuran bentuk kelas
§ Bentuk serta ukuran bangku dan meja
§ Jumlah siswa dalam kelas
§ Jumlah siswa dalam setiap kelompok
§ Jumlah kelompok dalam kelas
§ Komposisi siswa dalam kelompok
(seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
2) Tempat Duduk Siswa
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan
oleh siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di
sekolah formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila
tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar,
persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan
merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada
yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang
diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di
ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran.
Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu
kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran
bentuk kelas.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bias digunakan di dalam kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:
· Meja tapal kuda, siswa bekelompok di
ujung meja
· Penataan tapal kuda, siswa dalam
satu kelompok ditempatkan berdekatan
· Meja Panjang
· Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok
ditempatkan berdekatan
· Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu
meja
Dan masih ada beberapa bentuk posisi tempat duduk yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif ini.Dalam memilih desain penataan
tempat duduk perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang kan
disesuaikan pula dengan metode yang akan digunakan.
Hal yang tidak boleh
kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa tersebut guru tidak hanya
menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan saja. Tetapi seorang
guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik dilihat dari
aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting
karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan
suasana yang nyaman bagi para siswa
1. Pengaturan
meja-kursi
Susunan meja-kursi hendaknya
memungkinkan siswa-siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk
terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga
hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri
keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing,
Berikut dikemukakan beberapa
bentuk penataan meja-kursi yang dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan
keterlibatan dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran.
a. Model huruf U
Model
susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai tujuan. Dalam model
ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan membaca, dapat melihat guru
atau media visual dengan mudah, dan memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model Corak Tim
Pada
model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang
tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim
(kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna
menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar
menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
c. Model Meja Konferensi
Model
ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi dominasi
pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
d. Model Lingkaran
Dalam
model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka
dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti
ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
e. Model Fishbowl
Susunan
ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk menyusun permainan
peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas kelompok. Susunan yang paling
khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan
meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model Breakout groupings
Jika
kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi
di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang
didasarkan pada tugas tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling
berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan berikut ini dalam menerapkan model ini.
a) Pengaturan meja-kursi sebaiknya
dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel.
b) Memberikan keleluasaan siswa mengatur sendiri
atau memilih meja-kursinya masing-masing, walaupun mungkin akan tampak acak-acakan
dan tidak beraturan.
c) Susunan meja-kursi yang baik adalah
yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dan memberi keluasaan untuk
terjadinya mobilitas pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Prinsip
pokok yang perlu diperhatikan dalam pengaturan meja-kursi adalah tatanan mana
yang dapat menstimulasi dan mempertahakan tingkat keterlibatan belajar yang
tinggi.
2. Pemajangan
gambar dan warna
Pemajangan
gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan saran-saran berikut.
·
Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan
pajangan-pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta
membuat gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh
tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.
·
Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster
afirmasi yang sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau
poster-poster tersebut.
·
Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya
terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang
dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa lain.
3. Ventilasi
dan pengaturan cahaya
Suhu,
ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada)
adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4. Pengaturan
penyimpanan barang-barang
Barang-barang
hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera
diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang
karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku
pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan
siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan secara periodik
harus dicek dan recek. Hal lainnya adalah pengamanan barang-barang tersebut.
Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar
adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam
membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.[1]
B. Kondisi Yang
Mempengaruhi Penciptaan Iklim yang Kondusif
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi
berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti:
Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran,
penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam
proses belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian
rupa dalam proses pembelajaran.
Yang
menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah penciptaan
suasana pembelajaran yaitu
a) menyenangkan dan mengasyikkan
Menyenangkan dan mengasyikkan
terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus berani mengubah iklim dari
suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu
kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara
aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang
kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru.
Untuk keperluan itu guru-guru dilatih:
·
bersikap ramah
·
membiasakan diri selalu tersenyum
·
berkomunikasi dengan santun dan patut
·
adil terhadap semua siswa
·
senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku
siswanya.
·
menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema
yang menarik yang dekat dengan kehidupan siswa.
b) Mencerdaskan dan menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait
dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan kecerdasan majemuk (multiple
intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan
pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam
keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan
kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
§ Memilih tema-tema yang dapat
mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan
bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
§ Teknik-teknik penciptaan suasana
yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena jika anak senang dan asyik, tentu
saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian
anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
§ Memberikan pemahaman yang cukup akan
pentingnya memberikan keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
§ Jangan terlalu banyak aturan yang
dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu
diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Beberapa
praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good practice) dikemukakan
berikut ini.
·
Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh
senyuman guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan
kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang membuka
pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang
siswa melanjutkan lagu tersebut.
·
Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa
secara bersama agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan
pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa saling
menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi setiap tugas yang
diberikan.
·
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa
mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau
mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan merasa tidak
tertekan, tidak takut atau merasa bersalah.
C. Kondisi
Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas
akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi
sosio-emosional tersebut meliputi
Ø Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara
demokratis, laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak
kepada peserta didik. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang
melakat pada guru ketika berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru
melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya
otoriter segala sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak
diberikan kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana
terjadi proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya
masing-masing.
Ø Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang
melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan
suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru
terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah
siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam
bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya
sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya. sikap yang diperlihatkan
oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak,
apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap
yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan
bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan
Ø Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang
besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking
tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak
terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah
tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks
cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara
hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.
Ø Pembinaan hubungan baik (raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam
masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan
semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya. Pembinaan
hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun berdasarkan
fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan tetapi
apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban
yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan seperti dengan ibu
dan bapaknya dirumah.
Ø Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional
dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah
pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan
telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula
bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang
baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan
penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas
tersebut anatar lain:
·
Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam
pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda
(kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari
siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri
pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba
dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.
·
Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan
menyebabkan terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk
menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan
dari siswa seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain, dan
menimbulkan kerusakan pada fasilitaskelas, maka guru piket harus paham apa yang
terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
·
Masalah antar siswa,
masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak
terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru harus memahami karakteristik
dan potensi guru sehingga dapat dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan
menekan munculnya konflik diantaranya.
·
Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus
diorganisasikan berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti
kegiatan upacara bendera.
·
Kegiatan lain ; kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian
informasi dari sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru,
kegiatan rekreasi dan social.[2]
.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengaturan lingkungan belajar sangat
diperlukan agar anak mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan
emosionalnya. Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk
melakukan pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat
memunculkan kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa
setiap anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai
dengan apa yang mampu dan mau dilakukannya
[1] (www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html
-)
(sdnpondokbambu10pagi.wordpress.com/.../penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaan-kelas/)
(sdnpondokbambu10pagi.wordpress.com/.../penataan-tempat-duduk-siswa-sebagai-bentuk-pengelolaan-kelas/)
[2] (www.khusnuridlo.net/2010/.../strategi-pengelolaan-kelas-dalam.html
-)
(file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.../&file...pdf)
(file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/A%20-%20FIP/JUR.../&file...pdf)
0 komentar:
Posting Komentar